METODE Peppermint telah mengantarkan Rudi Haryadi, guru di SMKN 1 Cimahi, menjadi guru terbaik di Indonesia 2019 oleh Princess Maha Cakhri Award (PMCA) Thailand. Bersama Rudi, ada 11 guru lainnya yang mewakili negara-negara di ASEAN.
Penghargaan ini merupakan lompatan berikutnya bagi Rudi. Sebelumnya, ia telah berhasil meraih predikat Guru Berprestasi dan Berdedikasi tingkat Nasional tahun 2018.
Penyampaian penghargaan untuk Rudi diselenggarakan di SMKN 1 Cimahi, Kota Cimahi, pada Selasa, 20 Agustus 2019. Selain perwakilan anggota Komite PMCA dan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Dewi Sartika, hadir juga pejabat dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pemberian penghargaan itu didasarkan pada inovasi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajarannya. Rudi dinilai telah memberikan nilai lebih bagi anak didiknya atas metode yang dia ciptakan.
Peppermint merupakan kependekan dari tahap proses pembelajaran yang diterapkan, yakni Plan (perencanaan), Explore (Pengetahuan), Practice (pengerjaan), Perform (penyajian), Enquiry (pencarian), dan Reflect (evaluasi). Sedangkan, Memorize (penghafalan) dan INT (Internet) dimanfaatkan sebagai sumber daya pembelajaran.
Menurut Rudi, metode yang dia kreasikan memiliki tiga keunggulan. Keunggulannya adalah mampu membiasakan siswa memahami budaya di dunia industri yang disimulasikan dalam pembelajaran, mendorong siswa menguasai kompetensi kerja, serta mengintegrasikan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Dalam metode ini pula, Rudi meminta siswa mampu menempatkan dirinya seolah-olah tengah berada di dunia industri. Meminta siswa bertindak layaknya aktor yang bermain peran, kata Rudi, akan memudahkan siswa menyerap pembelajaran yang ia berikan.
“Biasanya di sekolah kita, kalau praktek, baru mengetahui manfaatnya satu atau dua tahun kemudian. Lewat metode ini, siswa bisa langsung merasakan kegunaan praktek tersebut karena telah diberikan roleplay,” ujarnya.
Berkat metode itu, Rudi berhak bertolak ke Bangkok pada 15 Oktober 2019 dan menerima penghargaannya. Rudi tentunya berbahagia dengan apresiasi yang diterimanya itu karena proses seleksi yang ia lalui pun cukup berat. Di tahap akhir seleksi, Rudi bersaing dengan dua guru lainnya dari Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.
Seleksi ketat
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Dewi Sartika, mengatakan, ia memuji prestasi yang diraih oleh Rudi. Baginya, ia adalah perwujudan dari visi Jabar, yakni menjadi guru yang juara. Selain itu, ia menyatakan bahwa kegiatan seperti ini merupakan upaya baik untuk meningkatkan mutu pendidikan.
“Ini adalah salah satu kolaborasi yang memang harus dilakukan, karena memberi banyak manfaat untuk kita semua, khususnya di bidang pendidikan untuk meningkatkan sumber daya guru yang ada,” katanya.
Sementara itu, anggota Komite PMCA Foundation, Piniti Ratananukul, mengatakan, penghargaan tersebut diberikan kepada seluruh guru berprestasi di 12 negara di ASEAN. Melalui terobosan metode pengajarannya, guru-guru ini telah memberikan dampak yang signifikan.
Ia mengatakan, guru yang meraih penghargaan, telah melalui seleksi yang ketat. Mereka yang terpilih adalah yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Dua belas guru yang mendapat penghargaan juga akan diberi ruang untuk mengembangkan praktik pembelajarannya guna peningkatan kualitas diri sekaligus membantu guru-guru yang ada di negara asalnya.
Pemberian penghargaan itu sendiri telah dilakukan sejak 2015. Tiap dua tahun, ada 12 guru dari 12 negara ASEAN yang dipilih. Jawa Barat pertama kali mendapatkan penghargaan mewakili Indonesia pada 2017.***
Sumber berita :
- https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-01317813/metode-peppermint-membawa-rudi-haryadi-jadi-guru-terbaik-dari-indonesia